Sabtu, 29 Juni 2013

gensan : Bayi umur lima bulan sudah bisa saling membaca emosi

         Bayi umur lima bulan sudah bisa saling membaca emosi


Sebuah penelitian terbaru menyebutkan bahwa bayi yang berusia lima bulan sudah bisa membaca emosi bayi lainnya. Menurut peneliti, bayi mengerti sinyal emosi dengan cara memahami suara dan ekspresi wajah yang diberikan oleh bayi lainnya.
Penelitian tersebut tepatnya dilakukan oleh tim dari Brigham Young University di Utah yang sebelumnya pernah membuktikan kalau bayi bisa memahami emosi anjing, monyet, dan emosi pada musik klasik.
"Kami menemukan bahwa bayi berusia lima bulan mencocokkan visualisasi dengan ekspresi yang dilakukan oleh bayi lainnya. Mereka sudah bisa saling membaca emosi satu sama lain," terang Profesor Ross Flom, seperti yang dikutip dari Daily Mail.
Profesor Flom kemudian menambahkan kalau bayi yang baru lahir tidak bisa berkata-kata saat merasa lapar atau lelah. Jadi mereka lebih banyak berkomunikasi melalui ekspresi wajah. Maka dari itu, tidak mengherankan jika bayi bisa saling membaca emosi di usianya yang masih dini.
Peneliti pun berencana melakukan riset selanjutnya dengan cara memutar video klip pada bayi yang berisi dirinya sendiri. Peneliti ingin tahu apakah dengan cara tersebut, bayi juga tetap bisa membaca emosi.

Minggu, 02 Juni 2013

GENSAN : PANCASILA DAN REALITA.



 Pancasila yang semakin usang


Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 19
Kata “PANCASILA” saat ini hanyalah menjadi sebutan yang sangat akrab di telinga murid TK , SD, SMP, SMA dan sebagian mahasiswa di PT ,tetapi hanya sebatas akrab ditelinga namun tidak banyak dari mereka yang paham arti dan makna dari pancasila  itu sendiri, hanya segelintir orang yang tahu dan mengamalkan butir butir pancasila itu  padahal mereka mengaku berbangsa indonesia tetapi tidak mengerti makna dari yang istilah kata “jantungnya indonesia ” ,yaitu pancasila .
Bangsa Indonesia yang dahulu dipertahankan mati-matian oleh para pahlawan hingga akhirnya indonesia merdeka , dan lahirlah pancasila sebagai dasar Negara untuk mengokohkan  kembali pondasi keyakinan rakyat Indonesia terhadap bangsa Indonesia. supaya tidak mudah diperdaya lagi namun keyakinan akan pancasila itu semakin lama semakin termakan umur ,buktinya kita lihat sekarang para pejabat tinggi dari skala kelurahan hingga skala kabinet negara  yang seharusnya mereka mengayomi rakyat  yang dibawah, malah mereka yang menjadi provokator korupsi , miris sekali bangsa Indonesia sekarang ini ,bangsa Indonesia sekarang ini sudah jauh sekali dari norma norma pancasila .
Kenyataan sekarang adalah yang kuat dan yang tinggi akan MENANG , yang dibawah dan yang rendah YA MATI AJA LO ,memang sekarang kenyataan seperti itu sudah tidak bisa disembunyikan lagi ,kurangnya menghormati perbedaan antara suku,ras dan agama juga menambah peliknya kehidupan di Indonesia ,banyak perang suku yang menelan korban . dimana APARAT ? lah,aparatnya saja sedang sibuk menerima suap bagamaina bisa mengayomi dan melayani masyarakat . dan juga diskriminasi antara si KAYA dan si MISKIN , salah satu contoh yaitu si miskin yang mencuri ayam atau lain sebagainya dengan sikaya yang mencuri uang rakyat tetapi jerat hukum akan lebih berat kepada si miskin di banding sikaya , apakah ini yangmencerminkan pancasila kemanusiaan yang adil dan beradab ? bangsa Indonesia adalah bangsa pluralisme setidaknya kita harus bisa terbiasa dengan sikap tidak saling merasisme .
Sekarang sudah samar sekali antara benar dan salah , rakya Indonesia hanya bersatu jika ada demo kekerasan , sedangkan keadilan dilihat dari status sosial. Makin tinggi status sosial,keadilan semakin berpihak,makin rendah status sosial,keadilan Cuma bias bilang goodbye ,Indonesia seperti terkena penyakit AMNESIA akut , yang kemarin berbasis Negara hukum sekarang  lupa akan hukum .jika bangsa Indonesia terus seperti ini maka tidak mustahil jika nanti bangsa Indonesia akan terpecah lagi menjadi beberapa Negara jika terus mementingkan egoisme sendiri


n


Gambar seperti ini sudah tidak bisa ditutupi lagi , karena memang itulah kenyataan sekarang yang sedang begejolak disekitar kita ,jadi sangat berat beban yang harus di emban para kaula muda intelek yang kelak akan memimpin bangsa kita yang tercinta ini yaitu menghidupkan kembali pancasila kita seberat apapun jika kita bersama sama pasti bisa ! SEMANGAT INDONESIAKU !!!


PANCASILA (1 JUNI 1945)




Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.
Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.


A.    Sejarah Rumusan

Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-usulan pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yaitu :
Lima Dasar oleh Muhammad Yamin, yang berpidato pada tanggal 29 Mei 1945. Yamin merumuskan lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Dia menyatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah, peradaban, agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia. Mohammad Hatta dalam memoarnya meragukan pidato Yamin tersebut.
Panca Sila oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945 dalam pidato spontannya yang kemudian dikenal dengan judul "Lahirnya Pancasila". Sukarno mengemukakan dasar-dasar sebagai berikut: Kebangsaan; Internasionalisme; Mufakat, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan; Kesejahteraan; Ketuhanan. Nama Pancasila itu diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni itu, katanya:
Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa - namanya ialah Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan diatas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi.
Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa dokumen penetapannya ialah :
§  Rumusan Pertama : Piagam Jakarta (Jakarta Charter) - tanggal 22 Juni 1945
§  Rumusan Kedua : Pembukaan Undang-undang Dasar - tanggal 18 Agustus 1945
§  Rumusan Ketiga : Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat - tanggal 27 Desember 1949
§  Rumusan Keempat : Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara - tanggal 15 Agustus 1950
§  Rumusan Kelima : Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama (merujuk Dekrit Presiden 5 Juli 1959)

B.     Hari Kesaktian Pancasila

Pada tanggal 30 September 1965, terjadi insiden yang dinamakan Gerakan 30 September (G30S). Insiden ini sendiri masih menjadi perdebatan di tengah lingkungan akademisi mengenai siapa penggiatnya dan apa motif dibelakangnya. Akan tetapi otoritas militer dan kelompok reliji terbesar saat itu menyebarkan kabar bahwa insiden tersebut merupakan usaha PKI mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis, untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia dan membenarkan peristiwa Pembantaian di Indonesia 1965–1966.
Pada hari itu, enam Jendral dan berberapa orang lainnya dibunuh oleh oknum-oknum yang digambarkan pemerintah sebagai upaya kudeta. Gejolak yang timbul akibat G30S sendiri pada akhirnya berhasil diredam oleh otoritas militer Indonesia. Pemerintah Orde Baru kemudian menetapkan 30 September sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September G30S dan tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

C.     Butir-Butir Pengalaman Pancasila

Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa menjabarkan kelima asas dalam Pancasila menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila.
36 BUTIR-BUTIR PANCASILA/EKA PRASETIA PANCA KARSA
1.      SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA
1)      Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2)      Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
3)      Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
4)      Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

2.      SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
1)      Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.
2)      Saling mencintai sesama manusia.
3)      Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4)      Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5)      Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6)      Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7)      Berani membela kebenaran dan keadilan.
8)      Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

3.      SILA PERSATUAN INDONESIA
1)      Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
2)      Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
3)      Cinta Tanah Air dan Bangsa.
4)      Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.
5)      Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.

4.      SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN / PERWAKILAN
1)      Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
2)      Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3)      Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4)      Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.
5)      Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil musyawarah.
6)      Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
7)      Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

5.      SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong-royong.
1)      Bersikap adil.
2)      Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
3)      Menghormati hak-hak orang lain.
4)      Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
5)      Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
6)      Tidak bersifat boros.
7)      Tidak bergaya hidup mewah.
8)      Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
9)      Suka bekerja keras.
10)  Menghargai hasil karya orang lain.
11)  Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Ketetapan ini kemudian dicabut dengan Tap MPR no. I/MPR/2003 dengan 45 butir Pancasila. Tidak pernah dipublikasikan kajian mengenai apakah butir-butir ini benar-benar diamalkan dalam keseharian warga Indonesia.

                          I.            Sila pertama

        
1)         Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2)        Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3)        Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4)        Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5)        Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6)        Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7)        Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.

                       II.            Sila Kedua

1)     Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2)     Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3)     Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4)     Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5)     Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6)     Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7)     Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8)     Berani membela kebenaran dan keadilan.
9)     Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10)  Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

                    III.            Sila Ketiga

1)     Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
2)     Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
3)     Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4)     Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
5)     Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
6)     Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7)     Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

                    IV.            Sila Keempat

1)     Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
2)     Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3)     Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4)     Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5)     Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
6)     Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7)     Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
8)     Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9)     Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10)  Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.

                       V.            Sila Kelima


1)     Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2)     Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3)     Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4)     Menghormati hak orang lain.
5)     Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6)     Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
7)     Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.
8)     Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
9)     Suka bekerja keras.
10)  Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
11)  Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila#Sejarah_Perumusan

Mengungkap Dalang Dibalik Peristiwa Mei 1998


Meskipun hal itu telah berlalu 15 tahun yang lalu, namun hal itu masih saja berbekas di benak para pencari kebenaran, mengingat dan menimbang dan seterusnya admin berusaha mengambil sebuah cerita untuk mengenang dan mengingat kembali masa itu, agar tragedi ini terus melekat di dalam benak teman-teman semua.

Kekuasaan telah berpindah tangan namun hal ini , masih saja dipertanyakan mengapa dan kenapa hal ini terjadi. Ikuti sejarahnyan. Tamoeng jue.

awal muawalnya, 4 Perwira Polisi Hilang Misterius 

Bulan Mei 1998, sejarah dunia mencatat gejolak di Indonesia. Gejolak yang berujung pada jatuhnya Presiden Soeharto. Aksi kerusuhan massa, penjarahan, dan pemerkosaan juga berlangsung dengan sangar dan brutal. Reformasi terus bergulir, namun pemicu kerusuhan yang sebenarnya masih bersembunyi di balik debu kelabu. Laporan investigasi Susan Berfield dan Dewi Loveard dari Asiaweek mengungkap, kerusuhan itu memang ada yang mendalangi. Keduanya menyimpulkan, kerusuhan itu adalah hasil sebuah aksi yang terencana rapi. Berikut intisarinya. 

‘’SEPULUH hari yang mengoyak Indonesia.’’ Begitu majalah berita terkemuka di Asia itu menyebut huru-hara yang menimpa Indonesia selama Mei lalu. Kisah ini dimulai bergeraknya jarum jam pada 12 Mei. Jarum jam itu berhenti ketika 4 mahasiswa Universitas Trisakti, Jakarta, ditembak mati oleh oknum aparat keamanan.


Dalam tempo 24 jam, insiden penembakan itu membakar amarah massa. Di tengah situasi itu pula, sebuah program anti-Cina dilancarkan. Api pun melahap Jakarta. Warga keturunan Cina berlarian meninggalkan ibu kota. Jakarta tidak ubahnya sebuah ‘’zona perang.’’ Ujung-ujungnya, Presiden Soeharto pun dipaksa mundur. Tetapi, arah nasib bangsa ini masih saja antah berantah. 

Sampai detik terjadinya kerusuhan –batu merajam bangunan mewah dan api melahap mobil-mobil–, rakyat semula banyak mengira itu sebuah spontanitas massa. Massa yang marah terhadap penguasa yang terlalu lama memerintah tunggu perintah. Tetapi, apakah bangsa ini sudah sedemikian brutal ? 

Sejarah Indonesia memang beberapa kali mencatat noda hitam aksi kekerasan. Namun, siapa penggeraknya, hampir tidak pernah diidentifikasi secara jelas. Itulah sosok-sosok ‘’pemimpin bayangan’’. Siapa mereka, tidak seorang pun berani membuka mulut. Sebab, mereka adalah orang-orang superkuat, yang hukum pun seolah anti menjamahnya apa lagi menguaknya. 

Kali ini, insiden Trisakti itu memberikan gambaran riil. Dua orang oknum polisi diajukan ke pengadilan militer sebagai pesakitan. Tetapi, benarkah mereka pelakunya? Jujur saja, sebagian rakyat Indonesia percaya bahwa para terdakwa itu hanya ‘’kambing hitam’’. Pengadilan militer itu hanya bagian sebuah upaya melindungi kepentingan militer yang lebih besar.

Hasil investigasi sebulan penuh Asiaweek –termasuk wawancara dengan beberapa perwira militer, pengacara, aktivis hak asasi manusia (HAM), para korban, dan saksi mata– menyimpulkan, penembakan Trisakti, kerusuhan, penjarahan, dan aksi pemerkosaan terhadap para wanita Cina itu benar-benar sudah direncanakan. 

Di antara bukti yang didapat selama investigasi itu adalah hilangnya empat perwira polisi lengkap dengan seragamnya beberapa hari sebelum penembakan itu terjadi. Lagi pula, peluru yang diambil dari tubuh korban Trisakti itu bukanlah peluru resmi milik kepolisian. lantas milik siapa ? antahlah ya? 


Belum cukup di situ. Bukti lain menyatakan bahwa dua orang lelaki, yang kini dalam persembunyian, mengakui bahwa mereka sengaja direkrut untuk memancing kerusuhan. Bahkan, sumber-sumber militer mengatakan bahwa untuk kali pertama mereka berhasil menyadap arus komunikasi beberapa markas AD di Jakarta dengan kelompok-kelompok provokator pada 14 Mei lalu. 

Pertanyaannya, bila kerusuhan itu sengaja digerakkan, tentu pasti ada dalangnya. Identitas si dalang ini memang tidak pernah gamblang membentang. Namun, salah seorang yang disebut-sebut terkait dengan serangkaian aksi kerusuhan itu adalah menantu Soeharto, Letjen TNI Prabowo Subianto, yang saat itu menjabat Pangkostrad. Bahkan, beberapa kalangan menilai, keterlibatan Prabowo itu sudah kelewat jelas. 

Namun, Fadli Zon –aktivis muslim yang dekat dengan Prabowo– menilai, sang letjen itu hanyalah korban ‘’pembunuhan karakter’’. Beberapa hari setelah kerusuhan itu, Prabowo menyangkal terlibat dalam kerusuhan itu. Lewat perantaranya, Juni lalu dia menyatakan siap diwawancarai Asiaweek. Tetapi, sampai kini janji wawancara itu tidak pernah terwujud. 

Mengapa harus Prabowo? Banyak alasan yang mendukung tudingan itu. Prabowo sudah luas dikenal sebagai sosok ambisius. Dia memiliki berbagai sarana untuk menyulut kerusuhan itu. Dengan posisinya, dia juga mampu memerintahkan beberapa pemuda yang tak berdaya melawan perintah, termasuk beberapa oknum dari organisasi paramiliter yang dikenal jago menyulut kerusuhan. 

Para preman, gangster, oknum paramiliter, dan beberapa perkumpulan pemuda melaksanakan saja apa yang dia perintahkan. Beberapa di antaranya, seperti Pemuda Pancasila, memang sudah mapan. Sumber-sumber militer mencurigai bahwa keterlibatan organisasi lain dalam kerusuhan di Jakarta itu tidak lebih dari sebuah jaringan lokal yang dikepalai para preman yang direkrut dari berbagai provinsi untuk mengacau ibu kota. 

‘’Prabowo terobsesi keyakinannya bahwa satu-satunya cara bisa memerintah Indonesia adalah dengan tipu muslihat militer. Dengan cara itu, dia yakin bisa meraih kekuasaan seperti mertuanya meraih kekuasaan dari Soekarno,’’ ujar salah seorang perwira militer senior. 

Dia menjelaskan, Prabowo sengaja menciptakan kerusuhan itu dengan harapan rivalnya, (saat itu) KSAD Jenderal TNI Wiranto, tidak mampu memulihkan keadaan. Harapan Prabowo adalah Soeharto, yang ketika kerusuhan terjadi berada di Mesir, memberlakukan undang-undang darurat. Sebagai panglima Kostrad, satuan inti siap tempur, Prabowo sangat yakin dialah yang bisa mengendalikan situasi. Inilah teorinya.

Teori lain mengatakan, Prabowo sengaja menciptakan kerusuhan itu untuk menarik simpati Soeharto bahwa Prabowo mampu mengendalikan situasi yang tidak menentu. Tetapi, apa yang terjadi kemudian? 

Prabowo kehilangan pelindung sekaligus komandonya. Negaranya menanggung kerugian yang jauh lebih besar. Setidaknya 1.188 orang tewas, sekitar 468 wanita diperkosa, 40 mal dan 2.470 toko ludes dimakan api, serta tidak kurang dari 1.119 mobil dibakar atau dirusak. 

Bagaimana sebenarnya peristiwa pilu ini terjadi? Mari kita telusuri sepuluh hari yang mencekam dan mengguncang ibu kota itu. 

12 MEI: Sekitar pukul 10.30 WIB, mahasiswa mulai berkumpul di pelataran parkir di luar kampus Universitas Trisakti yang megah dengan bentuk M berlantai dua belas itu. Ini merupakan demo terbesar pertama yang dilaksanakan Trisakti. Mahasiswa yang ikut pun berasal dari bermacam golongan dan strata sosial. Ada anak-anak birokrat, pengusaha, diplomat, dan bahkan anak orang militer. 

Areal parkir, biasanya dipenuhi Kijang, Toyota, dan Peugeot, siang yang panas itu benar-benar dijejali mahasiswa yang protes. Beberapa saat sebelum jarum jam menunjukkan pukul 11.00 WIB, bendera Merah Putih dikerek setengah tiang. Sementara itu, mahasiswa dan dosen menyanyikan lagu kebangsaan. Lalu, mereka mengheningkan cipta sesaat sebelum akhirnya berteriak meminta Soeharto mundur. 

Pada pukul 12.30 WIB, sekitar 6.000 mahasiwa bergerak menuju jalan raya di sekitar kampus. Mereka bertekad melakukan long march menuju gedung DPR/MPR. Tiga wakil Trisakti –Dekan Fakultas Hukum Adi Andoyo Sutjipto, Kepala Satpam Kampus Arri Gunarsa, dan Ketua Senat Mahasiwa Julianto Hendro–melakukan negosiasi dengan aparat keamanan. Saat itu jarum jam sudah mendekati pukul 13.00 WIB. 

Perwakilan Trisakti itu meminta aparat mengizinkan mereka berjalan ke gedung wakil rakyat sejauh 5 km. Tetapi, permintaan itu tidak dikabulkan. Mahasiwa kecewa dan duduk-duduk sambil terus beraksi di jalanan. Julianto mengungkapkan penyesalannya karena keinginan bertemu wakil rakyat itu tidak terkabul. 


Aksi mahasiswa masih bertahan. Orasi, lagu kebangsaan, dan pekik protes terus berlangsung meski hujan mengguyur. Beberapa demonstran malah dengan akrab meletakkan bunga di pelatuk senapan para polisi yang berdinas. Sampai akhirnya terdengarlah kabar dari Golkar, kelompok yang merajai di DPR, bahwa tidak seorang pun sanggup menerima mereka. Berdiri tegak di tengah polisi dan rekan-rekannya, Julianto menyeru kepada mahasiswa yang kecewa. Meski kecewa, janganlah menyulut aksi kekerasan