Jumat, 24 Mei 2013

5 Gejala Gangguan Mental pada Anak dan Remaja

anak-anak akan melewati beberapa tahap perkembangan yang ikut mempengaruhi prilaku mereka, pada masa anak-anak bermain adalah suatu cara yang tepat mendapatkan pengalaman dan pengetahuan, baik dari segi pergaulan dan kehidupan. Sering sekali perubahan prilaku anak itu di timbulkan dari pergaulannya.
Dalam perubahan prilaku anak tak jarang perubahan prilaku yang dialami anak diangab sebagai sebuah fase yang akan berlalu dengan berjalannya waktu. Padahal, beberapa dari perubahan prilaku itu bisa menimbulkan gejala dari adanya ganguan mental yang di alami anak.
Para peneliti dari Harvard Medical School menemukan bahwa separuh dari kasus gangguan mental dimulai dari usia sangat muda, 14 tahun dan  tiga perempatnya terjadi sejak usia 24 tahun.  Karena kemunculannya yang sangat dini itu, maka terapi dan penanganannya harus dilakukan sejak awal pula. Pusat pengendalian dan pencegahan penyakit AS (CDC) menekan bahwa satu dari lima anak di AS mengalami gangguan mental. Gangguan pemutusan perhatian (ADHD), anak pemberontak (oppositional defiant disorder/OOD), spektrum autisme, gangguan mood dan kecemasan, depresi, adalah jenis gangguan mental yang paling banyak ditemui. Dan tak jarang terlihat dengan beberapa tingkah laku anak.
Orang tua berperan besar dalam mengurangi keparahan ganguan tersebut dengan cara memberi perhatian lebih pada perubahan prilaku anak. Orang tua juga bisa menggunakan itntuisi mereka jika merasa :ada sesuatu yang salah” dengan anak mereka, tanggab darurat dan tepat sasaran.
Ada beberapa gejala yang perlu diwaspadai orang tua  dari anak-anak dan remaja. Baik dalam ruang lingkup keluarga maupun lingkungan bermasyarakat. Diantaranya ialah sebagai berikut :
1.      Perubahan MOOD yang berlangsung lama
Perubahan Mood yang berlangsung lama lebih dari dua minggu adalah indicator kuat adanya gangguan mental pada anak.perubahan Mood tersebut bervariasi mulai dari hiperaktif sampai terlali melankolis tanpa alasan yang kuat dan akurat.
Menurut The National Institute of Mental Health, perilaku "sangat gembira" atau  mania dan  perasaan "down" atau depresi bisa menjadi tanda adanya gejala gangguan bipolar. Tetapi, perilaku hiperaktif pada anak yang tidak diikuti dengan gejala lesu setelahnya adalah karateristik normal pada anak. Dan terjadinya beberapa tindakan yang membuat anak menjadi pemarah.
2.      Cemas dan takut berlebihan.
Takut dan rasa khawatir adalah hal yang wajar di alami anak usia dini normal saja mereka merasa takut pada keadaan gelap, membayangkan sosok monster, atau takut berpisah dengan orang tua. Utnuk anak usia sekolah, cemas sebelum tampil di sekolah atau takut tak diterima teman-temannya, adalah respon yang sehat. Ketakutan dan cemas yang di maksud adalah taku t yang tak beralasan seperti takut mengerjakan suatu hal yang belum tentu ada bahayanya. Namun, berhati-hatilah jika rasa takut yang dialami anak sudah berlebihan sehingga mengganggu aktivitas mereka. Mungkin sudah saatnya Anda melakukan intervensi.

3.      Perubahan perilaku ekstrem
Mulai membangkang juga adalah fase yang akan dilalui dalam tahap perkembangan  emosional anak untuk menuju kemandiriannya. Tetapi ada perilaku pembangkangan yang sangat ekstrem yang disebut dengan OOD. Biasanya gangguan ini dimulai saat anak berusia 8 tahun atau sebelum masuk usia remaja. Salah satu contoh perilaku tersebut adalah membeli beberapa games tanpa ada minat untuk memainkannya.
Gangguan mental yang erat kaitannya dengan perubahan perilaku adalah ADHD, kecemasan, depresi, atau gangguan bipolar.

4.      Perubahan fisik, berat badan naik atau turun drastic.
Diperkirakan 80 persen orang yang mengalami gangguan mental mengalami obesitas atau kegemukan. Perubahan fisik yang mendadak yang tidak terkait dengan pubertas bisa menjadi indikator anak menderita gangguan. Demikian pula halnya jika anak tampak tidak nafsu makan, bisa menjadi gejala depresi
Perubahan fisik yang disebabkan oleh penggunaan alkohol atau obat terlarang juga merupakan gejala depresi pada anak. Para pakar menyebutkan, risiko anak menderita depresi lebih besar jika salah satu atau kedua orangtua juga menderita depresi.

5.      Kurang konsentrasi
Anak yang sangat sulit berkonsentrasi juga perlu dicurigai mengalami gangguan mental. Tapi orangtua juga perlu membedakan anak yang memang ingin menonton TV ketimbang mengerjakan PR, dengan anak yang tidak mampu fokus pada acara favoritnya di TV. 
Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi pada tugas sederhana adalah gejala dari ADHD atau depresi. Kurang fokus juga bisa disebabkan karena pikiran mereka terpusat pada rasa malu, bersalah, atau kematian. Kurang konsentrasi pada anak akan tampak nyata pengaruhnya pada nilai akademik atau pergaulannya.


sumber : Medical Daily

0 komentar:

Posting Komentar