anak-anak
akan melewati beberapa tahap perkembangan yang ikut mempengaruhi prilaku
mereka, pada masa anak-anak bermain adalah suatu cara yang tepat mendapatkan
pengalaman dan pengetahuan, baik dari segi pergaulan dan kehidupan. Sering sekali
perubahan prilaku anak itu di timbulkan dari pergaulannya.
Dalam
perubahan prilaku anak tak jarang perubahan prilaku yang dialami anak diangab
sebagai sebuah fase yang akan berlalu dengan berjalannya waktu. Padahal,
beberapa dari perubahan prilaku itu bisa menimbulkan gejala dari adanya ganguan
mental yang di alami anak.
Para
peneliti dari Harvard Medical School menemukan bahwa separuh dari kasus
gangguan mental dimulai dari usia sangat muda, 14 tahun dan tiga perempatnya terjadi sejak usia 24
tahun. Karena kemunculannya yang sangat
dini itu, maka terapi dan penanganannya harus dilakukan sejak awal pula. Pusat pengendalian
dan pencegahan penyakit AS (CDC) menekan bahwa satu dari lima anak di AS
mengalami gangguan mental. Gangguan pemutusan perhatian (ADHD), anak
pemberontak (oppositional defiant disorder/OOD), spektrum autisme, gangguan
mood dan kecemasan, depresi, adalah jenis gangguan mental yang paling banyak
ditemui. Dan tak jarang terlihat dengan beberapa tingkah laku anak.
Orang
tua berperan besar dalam mengurangi keparahan ganguan tersebut dengan cara memberi
perhatian lebih pada perubahan prilaku anak. Orang tua juga bisa menggunakan
itntuisi mereka jika merasa :ada sesuatu yang salah” dengan anak mereka,
tanggab darurat dan tepat sasaran.
Ada
beberapa gejala yang perlu diwaspadai orang tua
dari anak-anak dan remaja. Baik dalam ruang lingkup keluarga maupun
lingkungan bermasyarakat. Diantaranya ialah sebagai berikut :
1. Perubahan
MOOD yang berlangsung lama
Perubahan
Mood yang berlangsung lama lebih dari dua minggu adalah indicator kuat adanya
gangguan mental pada anak.perubahan Mood tersebut bervariasi mulai dari
hiperaktif sampai terlali melankolis tanpa alasan yang kuat dan akurat.
Menurut
The National Institute of Mental Health, perilaku "sangat gembira"
atau mania dan perasaan "down" atau depresi bisa
menjadi tanda adanya gejala gangguan bipolar. Tetapi, perilaku hiperaktif pada
anak yang tidak diikuti dengan gejala lesu setelahnya adalah karateristik
normal pada anak. Dan terjadinya beberapa tindakan yang membuat anak menjadi
pemarah.
2. Cemas
dan takut berlebihan.
Takut
dan rasa khawatir adalah hal yang wajar di alami anak usia dini normal saja
mereka merasa takut pada keadaan gelap, membayangkan sosok monster, atau takut
berpisah dengan orang tua. Utnuk anak usia sekolah, cemas sebelum tampil di
sekolah atau takut tak diterima teman-temannya, adalah respon yang sehat. Ketakutan
dan cemas yang di maksud adalah taku t yang tak beralasan seperti takut
mengerjakan suatu hal yang belum tentu ada bahayanya. Namun, berhati-hatilah
jika rasa takut yang dialami anak sudah berlebihan sehingga mengganggu
aktivitas mereka. Mungkin sudah saatnya Anda melakukan intervensi.
3. Perubahan
perilaku ekstrem
Mulai
membangkang juga adalah fase yang akan dilalui dalam tahap perkembangan emosional anak untuk menuju kemandiriannya.
Tetapi ada perilaku pembangkangan yang sangat ekstrem yang disebut dengan OOD.
Biasanya gangguan ini dimulai saat anak berusia 8 tahun atau sebelum masuk usia
remaja. Salah satu contoh perilaku tersebut adalah membeli beberapa games tanpa
ada minat untuk memainkannya.
Gangguan
mental yang erat kaitannya dengan perubahan perilaku adalah ADHD, kecemasan,
depresi, atau gangguan bipolar.
4. Perubahan
fisik, berat badan naik atau turun drastic.
Diperkirakan
80 persen orang yang mengalami gangguan mental mengalami obesitas atau
kegemukan. Perubahan fisik yang mendadak yang tidak terkait dengan pubertas
bisa menjadi indikator anak menderita gangguan. Demikian pula halnya jika anak
tampak tidak nafsu makan, bisa menjadi gejala depresi
Perubahan
fisik yang disebabkan oleh penggunaan alkohol atau obat terlarang juga
merupakan gejala depresi pada anak. Para pakar menyebutkan, risiko anak
menderita depresi lebih besar jika salah satu atau kedua orangtua juga
menderita depresi.
5. Kurang
konsentrasi
Anak
yang sangat sulit berkonsentrasi juga perlu dicurigai mengalami gangguan
mental. Tapi orangtua juga perlu membedakan anak yang memang ingin menonton TV
ketimbang mengerjakan PR, dengan anak yang tidak mampu fokus pada acara
favoritnya di TV.
Ketidakmampuan
untuk berkonsentrasi pada tugas sederhana adalah gejala dari ADHD atau depresi.
Kurang fokus juga bisa disebabkan karena pikiran mereka terpusat pada rasa
malu, bersalah, atau kematian. Kurang konsentrasi pada anak akan tampak nyata
pengaruhnya pada nilai akademik atau pergaulannya.
sumber : Medical Daily
0 komentar:
Posting Komentar