Sabtu, 16 Februari 2013

NILAI GENSAN



Salam perubahan

Salam mahasiswa 

Dalam setahun 12 bulan lamanya dan didalam 6 bulan sekalinya terdapat pula UAS (ujian akhir semester) di kampus dan di dalam melaksanakan UAS kita juga akan membutuhkan waktu 7 hari lamanya untuk melalui masa itu, dan di  7 hari tersebut terdapat pula 90 menit waktu pengerjaan soal yang telah di berikan pengawas kepada mahasiswa, dan didalam waktu 90 menit pula lah terciptanya sebuah usaha untuk mengerjakan sebuah soal agar soal tersebut mendapatkan jawaban yang benar dan dalam satu soal tersebut terdapat pulalah berbagai cara untuk mendapatkan kebenaran seperti : menggunakan nalar, menyimpan sebuah kertas usang,  membawa contekan, menyontek, melirik, menerawang, menjelajahi, dan mengawasi dan didalam hal tersebut juga membutuhkan yang namanya media atau alat bantu seperti : buku catatan dan tak jarang pula buku cetak, pulpen, mata yang tajam, kertas usang, telinga yang oke, otak yang masih aktif,  HP, BBM, dan kancing baju. 

Hal itu sudah merupakan sebuah rutinitas yang sangat sering terjadi pada saat mengikuti ujian dimana pun anda berada. Dalam dunia pelajar atau mahasiswa hal tersebut sudah menjadi sebuah tradisi yang dari dulu hingga sampai saat sekarang ini, kalau saja pada masa jaman dahulu pendahulu kita tidak melakukan hal tersebut mungkin tidak akan terjadi pada masa sekarang ini dan hal itu akan berlarut-larut sampai kegenarasi kedepannya, apakah masih ada yang ingat dengan kata ini “buah kelapa tidak jauh, jatuh dari batangnya” hal tersebut menunjukkan bahwa setiap perubahan sikap dari masa ke masa dimulai dari orang dahulu atau senior-senior kita yang memberikan ajaran tersebut kepada kita. Mungkin hal ini jugalah penyebab kenapa dan mengapa negara kita tak pernah bersih dari korupsi.
Dalam dunia yang sebenarnya dan benar-benar nyata hal itu merupakan hal yang tidak baik untuk dipergunakan bagi pelajar karena tidak sesuai dengan pri kemanusian, kenapa? Itu di karenakan adanya sebuah perbuatan yang menyesatkan orang lain dan yang pastinya diri sendiri juga.
Tujuan seseorang melakukan pembelotan terhadap dalam mengikuti ujian hanya untuk mendapat kan nilai yang tinggi, mendapatkan pujian, mendapatkan kepuasan sesaat, mendapatkan yang layak dengan nilai yang tinggi, dan merasa yang terbaik dan yang pastinya dia akan bisa sombong. Dan tujuan tersebut tidak akan pernah memberikan sebuah pengalaman yang bearti, sebuah ilmu yang kekal, sebuah citra diri yang hasilnya sesuai dengan sebabnya, dan merasakan  ketenagan dalam kenikmatan kejujuran dalam ujian.

Datang untuk kembali 

Seseorang yang berangkat menuju bangku perkuliahan bukan hanya sekedar mengejar hasi nilai yang tinggi, mencari gelar sarjana saja. Melainkan sebuah ilmu yang kekal, ilmu yang bisa di pertanggung jawabkan kebenarannya, ilmu yang nyata keberadaannya dan ilmu yang berguna untuk orang lain dan dirinya sendiri. 

Datang untuk kembali, jauh-jauh keberangkatan kita dari kampung halaman menuju sebuah kota yang di penuhi dengan kerlap-kerlip lampu kota dan kebisingan suasana malam akan kendaraan yang menuju arah yang tak menentu, dengan gaya kampung kau menghampiri kota ini, dengan mata yang terpesona melihat kehidupan di kota ini dan yang tentunya dengan wajah yang aneh ketika melihat orang yang sok aneh dikota ini, keberadaan teman disini dipenuhi dengan beberapa factor sesuai dengan sepengetahuan saya orang yang berangkat dari kampung halamanya menuju kota itu dikarenakan mencari pekerjaan dan menuntut ilmu di sebuah perguruan tinggi. Setiap tujuan dasar tersebut ada satu hal menjadi tujuan terakhir yaitu “kembali”. Kembali kekampung halaman untuk melepaskan penat berada dikota dan yang pasti dengan muka yang berbinar-binar anda akan menjadi orang yang sangat bahagia ketika meminjakkan kampung halaman.

Namun hanya satu hal yang harus di ketahui adalah bahwa kata kembali tersebut harus memabawa hasil, hasil yang di hasilkan dari kerja keras melalui sebuah usaha. Usaha yang benar-benar memiliki usaha yang benar dan bukan dengan usaha yang salah. Usaha tersebut bukan hanya sekedar nilai yang baik dan memiliki kerja yang baik. Melainkan membawa sebuah hasil yang benar-benar memiliki sebuah kenikmatan dan membawa perubahan yang nyata disaat anda kembali kekampung halaman. Membawa sebuah kenangan yang berdasarkan kehidupan mulia, membawa senyuman yang nyata, membawa sepenggal kebanggaan, dan yang pasti membawa oleh-oleh untuk orang di kampung.

Sebuah nilai tinggi bukan menjadi sebuah kebanggaan dalam menuntut ilmu dan nilai buruk juga bukan sebagai sarana anda untuk mengeluh, untuk bertindak dengan hal bodoh dan menjadi seorang yang suka berputus asa. Nilai yang hasilnya buruk itu adalah angugrah yang terindah dalam dunia pendidikan dengan adanya nilai yang buruk tersebut bisa menimbul nilai yang hasilnya baik, namun harus di ketahui juga bahwa “yang terbaik tak akan pernah membaik, dan yang terburuk tak akan pernah  memburuk melainkan membaik”. Hal ini lah yang menjadikan saya berani menulis sebuah cerita usang yang seharusnya menjadi pemikiran yang tepat bagi teman-teman semua .




1 komentar:

Imam mengatakan...

mantap sebuah openi yang cukup bagus dan menceritakan hampir semua lini kehidupan mahasiswa...... mantap bg wanda membuat orang yg membacanya jadi termotivasi.

Posting Komentar