Salam perubahan
Salam mahasiswa
Dalam setahun
12 bulan lamanya dan didalam 6 bulan sekalinya terdapat pula UAS (ujian akhir
semester) di kampus dan di dalam melaksanakan UAS kita juga akan membutuhkan
waktu 7 hari lamanya untuk melalui masa itu, dan di 7 hari tersebut terdapat pula 90 menit waktu pengerjaan
soal yang telah di berikan pengawas kepada mahasiswa, dan didalam waktu 90
menit pula lah terciptanya sebuah usaha untuk mengerjakan sebuah soal agar soal
tersebut mendapatkan jawaban yang benar dan dalam satu soal tersebut terdapat
pulalah berbagai cara untuk mendapatkan kebenaran seperti : menggunakan nalar,
menyimpan sebuah kertas usang, membawa
contekan, menyontek, melirik, menerawang, menjelajahi, dan mengawasi dan
didalam hal tersebut juga membutuhkan yang namanya media atau alat bantu
seperti : buku catatan dan tak jarang pula buku cetak, pulpen, mata yang tajam,
kertas usang, telinga yang oke, otak yang masih aktif, HP, BBM, dan kancing baju.
Hal itu sudah
merupakan sebuah rutinitas yang sangat sering terjadi pada saat mengikuti ujian
dimana pun anda berada. Dalam dunia pelajar atau mahasiswa hal tersebut sudah
menjadi sebuah tradisi yang dari dulu hingga sampai saat sekarang ini, kalau
saja pada masa jaman dahulu pendahulu kita tidak melakukan hal tersebut mungkin
tidak akan terjadi pada masa sekarang ini dan hal itu akan berlarut-larut
sampai kegenarasi kedepannya, apakah masih ada yang ingat dengan kata ini “buah
kelapa tidak jauh, jatuh dari batangnya” hal tersebut menunjukkan bahwa setiap
perubahan sikap dari masa ke masa dimulai dari orang dahulu atau senior-senior
kita yang memberikan ajaran tersebut kepada kita. Mungkin hal ini jugalah
penyebab kenapa dan mengapa negara kita tak pernah bersih dari korupsi.
Dalam dunia
yang sebenarnya dan benar-benar nyata hal itu merupakan hal yang tidak baik
untuk dipergunakan bagi pelajar karena tidak sesuai dengan pri kemanusian,
kenapa? Itu di karenakan adanya sebuah perbuatan yang menyesatkan orang lain
dan yang pastinya diri sendiri juga.
Tujuan seseorang
melakukan pembelotan terhadap dalam mengikuti ujian hanya untuk mendapat kan nilai
yang tinggi, mendapatkan pujian, mendapatkan kepuasan sesaat, mendapatkan yang
layak dengan nilai yang tinggi, dan merasa yang terbaik dan yang pastinya dia
akan bisa sombong. Dan tujuan tersebut tidak akan pernah memberikan sebuah
pengalaman yang bearti, sebuah ilmu yang kekal, sebuah citra diri yang hasilnya
sesuai dengan sebabnya, dan merasakan
ketenagan dalam kenikmatan kejujuran dalam ujian.
Datang untuk kembali
Seseorang yang
berangkat menuju bangku perkuliahan bukan hanya sekedar mengejar hasi nilai
yang tinggi, mencari gelar sarjana saja. Melainkan sebuah ilmu yang kekal, ilmu
yang bisa di pertanggung jawabkan kebenarannya, ilmu yang nyata keberadaannya
dan ilmu yang berguna untuk orang lain dan dirinya sendiri.
Datang untuk
kembali, jauh-jauh keberangkatan kita dari kampung halaman menuju sebuah kota
yang di penuhi dengan kerlap-kerlip lampu kota dan kebisingan suasana malam
akan kendaraan yang menuju arah yang tak menentu, dengan gaya kampung kau
menghampiri kota ini, dengan mata yang terpesona melihat kehidupan di kota ini
dan yang tentunya dengan wajah yang aneh ketika melihat orang yang sok aneh
dikota ini, keberadaan teman disini dipenuhi dengan beberapa factor sesuai
dengan sepengetahuan saya orang yang berangkat dari kampung halamanya menuju
kota itu dikarenakan mencari pekerjaan dan menuntut ilmu di sebuah perguruan
tinggi. Setiap tujuan dasar tersebut ada satu hal menjadi tujuan terakhir yaitu
“kembali”. Kembali kekampung halaman untuk melepaskan penat berada dikota dan
yang pasti dengan muka yang berbinar-binar anda akan menjadi orang yang sangat
bahagia ketika meminjakkan kampung halaman.
Namun hanya
satu hal yang harus di ketahui adalah bahwa kata kembali tersebut harus
memabawa hasil, hasil yang di hasilkan dari kerja keras melalui sebuah usaha.
Usaha yang benar-benar memiliki usaha yang benar dan bukan dengan usaha yang
salah. Usaha tersebut bukan hanya sekedar nilai yang baik dan memiliki kerja yang
baik. Melainkan membawa sebuah hasil yang benar-benar memiliki sebuah
kenikmatan dan membawa perubahan yang nyata disaat anda kembali kekampung
halaman. Membawa sebuah kenangan yang berdasarkan kehidupan mulia, membawa
senyuman yang nyata, membawa sepenggal kebanggaan, dan yang pasti membawa
oleh-oleh untuk orang di kampung.
Sebuah nilai
tinggi bukan menjadi sebuah kebanggaan dalam menuntut ilmu dan nilai buruk juga
bukan sebagai sarana anda untuk mengeluh, untuk bertindak dengan hal bodoh dan
menjadi seorang yang suka berputus asa. Nilai yang hasilnya buruk itu adalah
angugrah yang terindah dalam dunia pendidikan dengan adanya nilai yang buruk
tersebut bisa menimbul nilai yang hasilnya baik, namun harus di ketahui juga
bahwa “yang terbaik tak akan pernah membaik, dan yang terburuk tak akan
pernah memburuk melainkan membaik”. Hal
ini lah yang menjadikan saya berani menulis sebuah cerita usang yang seharusnya
menjadi pemikiran yang tepat bagi teman-teman semua .
1 komentar:
mantap sebuah openi yang cukup bagus dan menceritakan hampir semua lini kehidupan mahasiswa...... mantap bg wanda membuat orang yg membacanya jadi termotivasi.
Posting Komentar