Senin, 18 Februari 2013

RESEP KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN ANAK



Kominikasi yang efektif dalam keluarga sangatlah penting untuk menunjang perkembangan anak tersebut.komunikasi antara ayah ibu anak,dan keluarga lainnya. Bagaimana resap komunikasi yang efektif itu psikolog bernama Roslina Verauli,M.psi.,psikolog dari Empaati Development centre,jakarta,komunikasi efektif berkaitan erat dengan pola asuh orang tua.rosalina “meminjam” enam tipe yang dikemukakan oleh Philip Rice dikaitkan dengan pola asuh,yaitu:
1.      Tipe terbuka:
Tipe ini peling sehat. Antara anak terjalin komunikasi yang terbuka,sehingga anak dapat leluasa mengespersikan dirinya dengan bebas,dia dapat bercerita,curhat.karana dia sudah merasanyaman dengan orang tuanya dan dapat berdiskusi dengan leluasa dengan orang tuanya. Tipe terbuka ini ada didalam pola asuh demokrasi.
Contoh : orang tua sedang berbicara dan anak dibolehkan menaggapi pembicaraan orang tuanya dan menghargai pendapatnya.’’oh,kok menurut pendapat adx seperti ini, ya?’’.

2.      Tipe permukaan
Komunikasi tipe ini terjadi hanya pada hal-hal yang tidak penting atau hanya sebatas di pemukaan saja ; tidak rill,tidak detail atau hanya sebatas basa-basi saja. Efek dari komunikasi yang demikian ini berakibat buruk dalam komunikasi dalam keluaga sehingga terjadinya saling tertutup antara anak, dan orang tua. Sehingga ketika orang tua inggin mengali informasi yang dalam tentang anak akan timbul rasa tidak enak,takut salah,dan merasa pendapat atau sarannya tidak akan diterima.
Contoh : mama ko sedih? Ibunya, “menjawab gak kok mama gak sedih”.
Komunikasi tipe ini biasanya ada dalam pola asuh permisif atau indulgent

3.tipe mengabaikan(avoidance)
Angota keluarga saling menghidar sehingga tidak terjalinya komunikasi yang baik didalam keluarga,dan dalam pola ini antara orang tua,dan anak sering terbawak emosi dalam berkomunikasi. Pola ini ada di dalam tipe pola asuh cuwek atau neglectful. Tipe ini biasanya terjadi karena kelarga kurang harmonis atau broken home.
Contoh : misalnya orang tua sedang terburu-buru mau berangkat ke kantor dan bertanyak kepada anaknya’’ apa kabar sekolah mu hari ini sayang?’’,sambil terburu-buru,dan sang anak menjawap’’ baik-baik aja tuh’’,kok kamu menjawapnya seperti itu kan mama nayaknya baik-baik. Hal itu yang bakalan terjadi apa bila didalam keluarga diterapkan tipe mengabikan.


                                                                                                            
4.tipe komunikasi yang salah
Biasanya terjadi pada pola asuh yang oterriter.orang tua selalu menuntut segala sesuatu harus seperti apa yang diinginkan oleh orang tua bila tidak anak akan dikenakkan sangsi oleh orang tuanya. Cara mendidik seperti ini membuat anak-anak cenderung diam dan tertutup dengan orang tuanya, dan sianak akan bercerita yang baik-baik saja kepada orang tuanya.
Contoh : pa, hari ini aku dapat nilai yang tinggi lo. Padahal sebenarnya sianak mendapat nilai yang buruk, sianak terpaksa berbohong kepada orang tuanya tetimbang nantinya kenak marah. Efek sampingnya dari penetapan pola otoriter adalah sianak akan mengalami ganguan psikis dikarenakan tuntutan dari orang tuanya yang membuat sianak tidak bebas berexpresi, dan menyampaikan segala masalah yang dialaminya, dan juga sianak akan memilih teman-temanya yang menurutnya lebih mendengarnya dari pada orang tuanya sendiri yang ditakutkan adalah teman-temannya akan menyampaikan hal-hal yang kurang baik untuknya tanpa ada pantauwan dari orang tuanya dikarenakan sianak merasa tidak nyaman dengan orang tuanya.

5. Tipe komunikasi satu arah
Tipe ini terjadi hanya satu arah. Maksutnya adalah komunikasi hanya dikuasai oleh satu figur yang dominan didalam keluarga baik itu ayah maupun ibu. Dan tipe ini juga terdapat dalam pola asuh otoriter.
Contoh : nak, setelah makan kerjakan PR ya. Sang anak menjawap : tapi ma. Es, mamakan belum habis bicara. Dengarkan. Kata mama sianak.

6. Tipe tanpa adanya komunikasi
Antar keluarga tidak adanya komunikasi, dan hanya berbicara seperlunya saja.
Contoh : orang tua pulang dari kantor langsunga masuk kamar tanpa adanya komunikasi sama sekali, dan begitu juga dengan sianak pulang sekolah lagsung masuk kamar, dan menguci pintu.
Efek dari penerapan komunikasi yang seperti ini orang tua tidak pernah tau kebutuhan anak secara menyeluruh, dan komunikasi tipe ini juga ada dalam pola asuh neglectful.

Dua sayrat lain
setelah orang tua menerapkan komunikasi yang terbuka tinggal dua syarat lagi yang harus dipenuhi oleh orang tua. Pertama, orang tua harus memahami benar karakteristik anak. Kedua, orang tua juga harus mengetahui kematangan pemikiran anak. Nak setelah kedua syarat yang diatas terpenuhi baru kita dapat menjalin komunikasi yang baik dengan sianak.
Pahami kepribadian anak
Setiap anak adalah karakter yang unik, dan setiap anak memiliki terpamental yang berbeda-beda. Menurut filosof yunani Hipocrates (460-375 SM) ada 4 terpamental manusia yakni phelgmatic, sanguine, dan melankolis. Dan keempat terpamental ini ada pada anak anak hanya saja kadarnya berbeda-beda. Namun biasanya ada yang paling menonjol dari keempatnya, seperti :
1.  Tipe phelgmatic
Anak tipe ini lebih cenderung pendiam walau dalam keaadan sakit, dan lebih sedikit berbicara, dan lebih banyak menjadi pengamat, dan apabila mengerjakan sesuatu selalu  tuntas. Dalam menghadapi anak dengan terpamen seperti ini orang tua harus lebih proaktif dalam mengajaknya bicara.
2.      Tipe sanguine
Anak tipe ini sangat berbeda jauh dengan tipe phelgmatic. Anak dengan tipe sanguine adalah tipe anak yang periang dan sangat mudah memiliki teman tidak mudah marah, dan sedih. Suka bercerita tentang banyak hal yang ia ketahui. Di sisi negatifnya, karena sikapnya yang aktif dan sangat suka bercerita dan berkawan, terkatang dalam bercerita dia suka melebih-lebihkan sesuatu untuk menarik perhatian. Misalnya : ma, tadi aku liat abang jatoh dari kereta teros dia terseret, dan lukanya banyak kali ma. Nah disini peran orang tua sangat dibutuhkan untuk menluruskan apa yang diceritakan oleh anak tersebut. Seperti : emg waktu abang tu jatoh terseret atau Cuma jatuh biasa saja, teros lukanya di bagian mana saja?. Dalam menghadapi anak dengan terpamen seperti ini orang tua harus bertanyak mendetail untuk menghindari anak berkata bohong.
3.      Tipe choleric
anak dengan terpamental seperti ini sangat hiper aktif, gesit, aktif, berjiwa pemimpin, berkemauan keras, dantidak suka diatur, dan berkemauan keras untuk maju. Terkadang cukup sulit untuk menghadapi anak dengan terpamental seperti ini. Misal orang tua menyuruh mandi. “dek mandi dulu udah pagi. Sang anak menjawap. “mentar lagi ma lagi nonton tv nih. Nah jika anak menjawap seperti itu jangan lantas orang tua langsung terbawa emosi tetapi jawaplah seperti ini. “dek mandi yuk liat tu teman-teman mu udah pada mandi semua”.
Sementara untuk anak yang lebih besar orang tua harus konsisten dan memegang kendali sepenuhnya atau lebih dominan (perpaduan antara komunikasi satu arah). Kalau tidak anak akan berkembang semau-maunya dan susah di atur.
Hal yang perlu diwaspadai oleh orang tua adalah, anak dengan terpamental tipe ini cenderung mengapaikan perasaan orang lain, sulit tegang rasa, dan tidak suka melihat anak lain meregek. Maka tidak salah apabila orang tua mengajarkan empati kepada anak dengan trepamental seperti ini. Misalnya untuk anak dibawah umur 7 tahun, katakan seperti ini, “coba deh kamu di ejek sama teman mu pasti rasanya kesal bukan? Begitu juga kalau teman kamu di ejek.”
4.      Tipe melankolis
Anak dengan terpamental tipe ini memiliki kepribadian sangat lembut, mudah tersingung, dan cenderung pendiam, dan tertutup. Delam menghadapi anak dengan terpamental seperti ini orang tua harus pandai-pandai menjaga perasaanya, dan apa bila sianak berbuat salah tergurlah dengan lembut, dan fokus pada kesalahannya, hindari cara membentak, dan cara- cara kasar lainnya. Dalam berkerja anak dengan terpamen seperti ini termasuk perfeksionis.

Komunikasi efektif  terhadap anak 7 tahun
Ke bawah :

Gunakan bahasa yang singkat, sederhana dan tidak panjang lebar
terkadang orang dewasa bingung jikalau bahasa yang kita gunakan berbelit-belit, begitu juga dengan anak. Jadi gunakan bahasa yang muda dan dapat di mengerti langsung ke poin yang diinginkan.
Contoh : arif tolong ambilkan air ayah sementar nak.
Gunakan bahasa sekogrit mungkin
Dalam berkomunikasi dengan anak-anak kita juga mengunakan bahasa yang kongrit, dan ssesuai dengan umurnya jangan sampai kita samakan cara berbicara kita dengan orang dewasa.
Contoh komunikasi yang salah : adek jagan mau menang sendiri.
Contoh yang benar : adek bagi dong kesepatan tuk kawannya main kan kasihan dia gak dapat main.
Orang tua jangan menjadi peramal
Sering kali orang tua meramalkan sesuatu kepada anaknya padahal hal itu belum tentu terjadi.
Contoh : dek jangan naik-naik kereta nanti jatoh, dibawak ke rumah saket teros di jait.
Kita jukup mengatakan : dek hati-hati naik keretanya.
Pahami bahasa tubuh anak
Seringkali pada anak yang lebih kecil, bahasa tubuh orang tua yang bersivar nonverbal bisa megkomunikasikan sesuatu karena kemampuan berbahasanya masih kurang.
Contoh : apabila anak sedang duduk di kamar sendiri dan mukanya nampanya sedih cobalah aja bicara, “adk kok mukanya sedih?”.
Tidak dengan nada yang cepat atau terburu-buru
Saat berkomunkasi perhatikan cara berbicara, dikarenakan nada yang tinggi dan terburu-buru membuat anak menjadi tidak ngeh dengan apa yang ada bicarakan.
Tunbuhkan sikap saling terbuka, dan saling menghargai
Anak sudah lancar bebicara,lancar berbahasa, bisa mengekspresikan perasaan, dan pikiran serta ide- idenya, maka dikperlukan sikap terbuka, dan saling menghargai antara orang tua, dan anak yang lebih nyata.
Lebih banyak mendengarkan
Terhadap anak usia dia atas 7 tahun, orang tua harus lebih banyak mendengar, dari pada pembicara. Dengan lebih banyak mendengar orang tua akan lebih mengetahui masalah, perasaan ,dan keadaan anak baik fisik maupun psikis. Bukan berati membuat orang tua menjadi pasif tetapi orang tua harus lebih proaktif dalam memantau kondisi anak seperti ketika sianak pulang sekolah dalam keadaan lemas, maka orang tua harus peka dengan hal-hal yang demikian. Seperti bertanya ‘’sayang kok lebas banget sih’’. Kepekaan atau kepedulian seperti itu akan membuat anak akan lebih terbuka dengan orang tua.





0 komentar:

Posting Komentar