Kamis, 06 Desember 2012

Logika tanpa logistic = anarkis


malam yang pangjang dilalui, malam pertama aku bergadang penuh di kampus tercintaku unmuha. Banyak kenangan yang dilalui disini. Semua penuh arti dan bermakna, setiap kata-kata yang terlontar dari mulut senior maupun junior, tengah malam datang gitar pun mulai bordering dengan nyaring dan genting.
Hidup dimalam ini terasa hampa jika tidak ada yang namanya rokok kretek. Rokok adalah makna kehidupan jika kau berada disini, rokok adalah pembangkit gairah dalam proses-proses dunia bergadang apalagi jika sudah berada dikampus ini. Sebungkus dua bungkus berlalu dengan sekejap saja dan keuangan pun sudah menipis dan kering dikantong pada dasarnya ini memang awal bulan namun berhubung awal bulan, belum ada uang ditangan yang sangat banyak, jadi terpaksalah membeli setengah bungkus lagi untuk tambahan sebagai penghias di malam ini.
Dan jika kamu berada disini, kamu harus menikmati yang namanya kopi saring yang pahit dan agak manis namun ngak terlalu manis, kopi disini ngak perlu banyak namun sudah cukup dengan 1 gelas di bagi 4 itu merupakan salah satu memperhemat energy di malam ini, selain kantong merasa aman dan nyaman. Kenikmatan betul terasa lama di malam ini, bukan karena kopinya atau pun karena rokoknya ini semua di karenakan adanya kebersamaan dalam menikmati ini malam.
Lagu-lagu yang bordering mulai banyak diputar di ini malam, dan kami pun memulainya dari edisi tahun 70-an, 80-an dan 90-an sampai dengan tahun 2000-an semua lagu rampung dalam sekejap saja, dan yang membuat suasana disini menjadi lebih indah, sepanjang malam suara gitar tak pernah berhenti dan kami pun terus bernyanyi layaknya seorang artis besar yan sedang bernyanyi.
Album demi album berlalu, satu album rampung dalam satu jam. Banyangin aja coba. Dari pukul 11.45 wib sampai dengan pukul 06-30 wib kami bernyanyi tak berhenti dan tak memikirkan kondisi yang sedang terjadi. Awal mu awal kami mengenang yang namanya lagu lawas, kemudian masuk ke irama kous plus, kemudian iwan flas, selanjutnya berlari ke regea dan yang terakhir kembali ke lagu-lagu pop.
Ketika pagi akan menerpa kami sudah mulai kebingungan untuk menyanyikan lagu terakhir berhubung sudah azan kami pun menyanyikan lagu dari iwan flas yang berjudul “ijinkan aku menyayangimu” dan rokok pun hanya tinggal 2 batang lagi, sungguh sangat menggenaskan, berhubung duit tak ada dan uang pun tak banyak kami melakukan yang namanya system putar tayang.
Pertama dimulai dari yang namanya dayat setelah beberapa kali isap beralih ke bang iman, setelah beberapa kali hisap berjalan ke tangan bang pian setelah bang pian merasa cukup baru lah aku memegang alih menghisap rokok tersebut dan setelah aku sudah merasa sangat senang aku pun memutar kembali kearah awal yaitu saudara dayat, begitulah seterusnya sampai dengan selesai atau pun penghujung asap keindahan dan itu berada di tangan bang iman.
Waktu terus berlalu dan ternyata yang membuat ini malam menjadi aneh adalah bentuk kopi yang hanya segelas itu masih dalam keadaan penuh tanpa ada orang yang meminumnya. Solusi terakhirnya adalah secara bergantian meminum kopi tersebut, dan itu pun berakhir di posisi saya sendiri. Meskipun sedikit yang penting kebersamaan ini, sejarah yang indah dan damainya ini malam.
Tak lama setelah kami menghabiskan kopi tersebut kami mendapatkan tamu baru yang biasanya dipanggil dengan julukan OOM dan ternyata dia membawa rokok yang banyak dan kami pun bisa tersenyum dangan damai dan indah.
Tak lama berselang kedatangan oom tiba-tiba bang pian mengundurkan diri dari perkumpulan dengan alasan hendak mengambil paket tidur 1 jam saja. Dan kami pun menghentikan segala aktifitas yang ada pada saat itu. Setelah matahari mulai memperjelas cahayanya saya beserta dayat mengambil gitar kembali dan mulai memetiknya dengan nada regea. Maka di hari itu kami menyambut pagi dengan lagu regea yang pastinya asyik.
Dalam malam yang indah ini terdapat kata-kata semboyan dari masing-masing orang yang berada disini. Diantara lain :
Mahasiswa yang tak berorganisasi adalah orang bodoh = dayat
Maju salah, mundur pun salah, lantas apa yang benar = bang iman
Jalan-jalan yang indah dirakit dengan tangan yang indah = bang pian
Kalau hanya diam bukan hidup namanya = wanda
Tak perduli tampang yang ppenting menang = OOM

0 komentar:

Posting Komentar